Rencana pembelajaran matematika sejak dini akan segera direalisasikan pada satuan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD). Oleh karena itu, penting bagi para guru untuk memahami dengan seksama metode pembelajaran matematika yang cocok untuk siswa PAUD.
Seperti ditegaskan oleh Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen) Abdul Mu'ti bahwa pembelajaran tak boleh terkesan memaksa. Guru-guru harus bisa mengenalkan lewat cara bermain.
"Anak-anak sudah bisa diajari berhitung tanpa harus dipaksa, ketika kemudian diajari mengenal warna merah dan biru, kemudian mengelompokkan itu juga matematika karena ada klasifikasi menurut warna," kata Mu'ti dalam dalam acara Perayaan Hari Puncak Mentas PAUDPEDIA di Gedung A Kemedikdasmen, Jakarta Pusat, Selasa (26/11/2024).
Lantas bagaimana cara mengajarkan matematika yang tepat bagi siswa PAUD? Ini strateginya.
Baca juga: Direktur PAUD: Matematika di TK Bukan Semacam Calistung, Tapi BeginiBaca juga: Sambut Program Wajib Belajar 13 Tahun, Ditjen PAUD Siapkan 4 Hal IniKenalkan Matematika Lewat MainanSalah satu guru yang hadir di acara tersebut yakni Ema Mardiah mengaku setuju dengan masuknya matematika sebagai pembelajaran di PAUD. Menurutnya, masa PAUD harus dimaksimalkan untuk membangun fondasi pengetahuan anak.
"Dengan adanya wacana wajib belajar 13 tahun, tentu kami sebagai guru PAUD menyambut baik dan sangat antusias karena merasa PAUD itu juga menjadi bagian yang penting," ujar guru di Kelompok Belajar (Kober) Istiqlal Jakarta tersebut.
Ema mengatakan guru yang masih bingung mengajar matematika untuk siswa TK bisa mulai dengan alat main. Banyak mainan yang bisa memicu anak berhitung.
"Lalu misalnya untuk membuat satu mainan ini butuh berapa alat main yang digunakan, jadi hal-hal gitu yang bisa masuk ke dalam matematika," jelasnya.
Ema berpendapat pelajaran matematika untuk siswa PAUD tak didesain untuk menghafal. Akan tetapi, untuk memicu tumbuhnya rasa penasaran siswa dan kritis mereka.
"Padahal sebetulnya matematika ini menjadi salah satu dasar dan keterampilan yang harus dipenuhi dan dimiliki oleh anak-anak, matematika di sini bukan berarti anak-anak berhitung aljabar yang rumit seperti kakak-kakaknya di SD, melainkan bagaimana cara dia berpikir kritis," katanya.
Ambil Kasus Sederhana di Sekitar SiswaSelain Ema, guru PAUD lainnya yang hadir yakni Manih Aryanti turut memberikan sarannya. Menurut Manih, guru bisa mengambil beberapa kasus dalam kehidupan sehari-hari dan mengemasnya menjadi konsep matematika.
"Penting untuk mereka untuk kehidupan sehari-hari misalnya menghitung teman-teman mereka yang hadir, itu sudah menjadi bagian dari konsep matematika," kata guru di salah satu TK di Tangerang tersebut.
Sebagai pendidik, ia menyambut baik kebijakan matematika masuk PAUD dan program wajib belajar 13 tahun. Ia melihat akan lebih banyak manfaat yang dirasakan siswa dari kedua hal tersebut.
"Wajib belajar 13 tahun menurut saya sangat setuju sekali karena fase fondasi itu adalah fase di mana peserta didik dikuatkan nilai agamanya, emosionalnya, dan nanti bisa lebih kuat di fase selanjutnya," tuturnya.
Pelajari Modul dengan BaikKemudian, dituturkan oleh Ema dan Manih bahwa guru bisa memahami modul atau mencari informasi soal cara pengajaran matematika. Mereka berharap pemerintah nantinya bisa menyediakan modul yang sesuai.
"Menurut saya kalau untuk di anak usia dini matematika itu perlu sih dibuatkan modul dan mungkin bahasanya yang perlu diperlembut untuk anak usia dini mungkin pembelajaran numerasi yang menyenangkan," kata Manih.
"Untuk menggawangi program matematika sampai kepada guru dan diajarkan kepada murid-murid tentu ini harus ada alat bantunya yang disediakan oleh pemerintah, salah satunya dengan berbagai pelatihan atau modul-modul yang bisa dipelajari guru-guru," tambah Ema.
Dengan adanya modul dan panduan yang jelas, diharapkan tak ada guru yang salah menerapkan pembelajaran ini. Dengan demikian, rumor buruk yang beredar soal matematika di PAUD bisa ditangkis.
"Perlu panduan untuk para guru atau fasilitator Indonesia agar mampu mengenalkan matematika dengan asyik dan menyenangkan, dengan modul yang beragam dan strategi pembelajaran yang beragam," ujar Manih.
Ema berharap dengan adanya kebijakan wajib belajar 13 tahun ini bisa mengenalkan lebih banyak pengetahuan. Tak cuma matematika, tapi juga pengetahuan karakter lain.
"Wajib belajar 13 tahun menurut saya sangat setuju sekali karena fase fondasi itu adalah fase di mana peserta didik dikuatkan nilai agamanya, emosionalnya, dan nanti bisa lebih kuat di fase selanjutnya," ujar Ema.
Video Mendikdasmen Ungkap Persiapan Wajib Belajar 13 Tahun