Mesin Slot Percuma Main Dalam Talian Tanpa Pendaftaran

Ilmuwan Berhasil Ciptakan Tikus Hidup Menggunakan Gen Organisme Lain, Kok Bisa?

Tikus di sebelah kiri adalah seekor chimeric dengan mata gelap dan bercak bulu hitam, hasil sel induk yang berasal dari gen Choanoflagellate Sox. Tikus tipe liar di sebelah kanan memiliki mata merah dan bulu serba putih.Foto: Queen Mary University of London/Tikus hasil sel induk yang berasal dari gen Choanoflagellate Sox (kiri)Jakarta -

Sejarah dunia ilmu biologi telah terjadi melalui penciptaan sel induk tikus yang mampu melahirkan tikus yang hidup dan bernapas. Penciptaan ini menantang keyakinan lama bahwa gen-gen tertentu berevolusi secara eksklusif pada hewan.

Eksperimen ini bisa terjadi berkat kerja sama tim peneliti internasional dari dari Queen Mary University of London berkolaborasi dengan para peneliti dari The University of Hong Kong. Hasil penemuan mereka kemudian diterbitkan di Nature Communications.

Lantas bagaimana para peneliti menciptakan kembali tikus hidup?

Baca juga: Ilmuwan Sebut Berang-berang Bisa Membantu Mengatasi Perubahan Iklim, Kok Bisa?Baca juga: Baru Ditemukan, Hewan Ini Jadi Salah Satu Vertebrata Terkecil di BumiMenggunakan Genetik dari Organisme Bersel Tunggal

Jika kamu berpikir penciptaan tikus ini berasal dari spesies tikus lain, maka jawabannya bukan. Sebab, peneliti justru menggunakan genetik yang berasal dari organisme uniseluler purba.

Peneliti dari Queen Mary University of London, Dr Alex de Mendoza, yang bekerja sama dengan para peneliti dari The University of Hong Kong, memanfaatkan gen yang ditemukan pada choanoflagellata, yaitu organisme bersel tunggal yang merupakan kerabat terdekat hewan yang masih hidup.

Gen-gen pada choanoflagellata, seperti sox dan POU dikenal memiliki kemampuan untuk mendorong pluripotensi, yakni potensi sel untuk berkembang menjadi jenis sel apa pun dalam sel induk mamalia.

"Dengan berhasil menciptakan tikus menggunakan peralatan molekuler yang berasal dari kerabat bersel tunggal, kita menyaksikan keterhubungan fungsi selama hampir satu miliar tahun evolusi," ujar Dr de Mendoza.

Studi ini menyiratkan bahwa gen-gen kunci yang terlibat dalam pembentukan sel induk mungkin berasal jauh lebih awal daripada sel induk itu sendiri, mungkin membantu membuka jalan bagi kehidupan multiseluler yang kita lihat sekarang.

Bagaimana Ilmuwan Mulai Menciptakan Tikus?

Penelitian ini dilakukan melalui serangkaian percobaan yang dilakukan bekerja sama dengan laboratorium Dr Ralf Jauch di Universitas Hong Kong/Pusat Biologi Sel Punca Translasional. Di sana, tim memperkenalkan gen choanoflagellate Sox ke dalam sel tikus, menggantikan gen asli Sox2 yang mencapai pemrograman ulang menuju keadaan sel induk berpotensi majemuk.

"Choanoflagellata tidak memiliki sel induk, mereka adalah organisme bersel tunggal, namun mereka memiliki gen-gen ini, yang kemungkinan besar mengontrol proses seluler dasar yang kemudian digunakan oleh hewan multiseluler untuk membangun tubuh yang kompleks," jelas Dr de Mendoza.

Untuk menguji hasilnya, sel-sel tersebut disuntikkan ke dalam embrio tikus yang sedang berkembang dan tikus chimera yang dihasilkan menunjukkan ciri-ciri fisik yang menunjukkan keberhasilan eksperimen ini. Sel punca yang diinduksi menunjukkan ciri fisik seperti bercak bulu hitam dan mata yang gelap.

"(Ini) menegaskan bahwa gen purba ini memainkan peran penting dalam membuat sel induk kompatibel dengan perkembangan hewan," imbuhnya.

Penemuan ini menyoroti betapa serbagunanya alat-alat genetika dalam evolusi. Hal ini memberikan informasi penting tentang bagaimana kehidupan awal mungkin memanfaatkan mekanisme serupa untuk mendorong spesialisasi seluler jauh sebelum organisme multiseluler muncul.

Dengan memahami lebih dalam bagaimana sel punca berevolusi, para ilmuwan berharap dapat menemukan cara baru untuk mengoptimalkan terapi sel punca. Harapannya dapat digunakan untuk mengobati penyakit atau memperbaiki jaringan yang rusak.

"Mempelajari asal-usul alat-alat genetika memungkinkan kita berinovasi dengan pandangan yang lebih jelas tentang bagaimana mekanisme pluripotensi dapat disempurnakan atau dioptimalkan," tutur Dr Ralf Jauch.

Baca juga: Mamalia Purba Ini Pernah Hidup di Zaman Dinosaurus, Begini Pentingnya 20DAksi Sniper Senapan Angin Berburu Hama Tikus Penyebab Gagal Panen20DAksi Sniper Senapan Angin Berburu Hama Tikus Penyebab Gagal Panen(faz/faz)

 

Berita Terbaru

Berita Terkait



Powered by Mesin Slot Percuma Main Dalam Talian Tanpa Pendaftaran @2013-2022 Peta RSS Peta HTML

Copyright Powered by站群 © 2013-2024