Badan Antariksa Amerika, NASA, memiliki misi Kepler sejak Maret 2009-2018 untuk mencari planet di luar tata surya (eksoplanet) yang mirip dengan Bumi. Hasilnya, ada sekitar 2.600 eksoplanet yang mengorbit sebuah bintang dan beberapa di antaranya diklaim mirip Bumi karena berada di zona layak huni.
Salah satu planet yang mirip Bumi tersebut adalah Kepler-186f yang ditemukan pada April 2014. Kepler-186f diidentifikasi sebagai planet seukuran Bumi pertama yang ditemukan mengorbit di dalam zona layak huni bintangnya atau zona Goldilocks, yaitu area di mana air dalam bentuk cair (bukan uap air) dapat terdapat di permukaan planet.
Banyak planet telah diidentifikasi mengorbit di zona layak huni bintangnya sebelum Kepler-186f ditemukan. Namun, ukurannya setidaknya 40 persen lebih besar dari Bumi.
Sebaliknya, Kepler-186f hanya memiliki radius 1,11 kali radius Bumi. Ukuran kecil yang mirip Bumi ini penting karena planet yang lebih kecil cenderung berbatu, dengan medan yang berpotensi mendukung pepohonan, tanaman, dan lahan untuk kehidupan.
Selain Kepler-186f, ada banyak jenis planet Kepler yang ditemukan dan diidentifikasi mirip dengan Bumi. Misalnya, Kepler-452 yang dijuluki "Bumi 2.0", yang berjarak sekitar 1.800 tahun cahaya dari planet kita, sebagaimana dikutip dari laman The Open University.
Baca juga: Kata Ilmuwan, Tanda Ini Bisa Memberi Petunjuk Adanya Kehidupan di Planet LainBaca juga: Astronom Temukan Planet yang Memiliki Air, Layak Dihuni Manusia?Apakah Ada Kehidupan di Planet Kepler?Ilmuwan percaya bahwa planet-planet yang mampu mendukung kehidupan kemungkinan besar akan berukuran sebesar Bumi, memiliki permukaan berbatu atau padat, mengandung air cair dan memiliki atmosfer yang dapat dihuni.
Kepler-186f dan Kepler-452b, diketahui berada di "zona Goldilocks". Artinya, jarak planet dari bintangnya tepat, sehingga tidak terlalu panas dan tidak terlalu dingin untuk keberadaan kehidupan.
Dalam hal ini, NASA memiliki Teleskop Luar Angkasa Nancy Grace Roman atau Teleskop Survei Inframerah Wide-Field, yang dapat membidik pantulan cahaya planet jauh untuk mendeteksi tanda-tanda oksigen, uap air, atau indikasi kuat lainnya tentang kemungkinan adanya kehidupan di eksoplanet.
Namun, pencarian tanda-tanda kehidupan ini bisa memakan waktu puluhan tahun. Ke depan, desain untuk pencari planet generasi berikutnya sudah berjalan, yang akan dikirim pada 2030-an atau 2040-an.
Sejauh ini, ada atau tidaknya kehidupan di planet Kepler atau eksoplanet lain yang mirip Bumi, para ilmuwan masih terus mempelajarinya.
Kondisi Kepler-186fBerdasarkan analisis, para peneliti telah mengungkapkan bahwa Kepler-186f tidak mengalami pasang surut, sehingga mungkin mempunyai musim seperti halnya Bumi. Namun, sisi negatifnya, karena berada di tepi zona layak huni berarti air permukaan di Kepler-186f bisa membeku.
Dalam hal ini, peneliti sepakat menganggap Kepler sebagai "sepupu Bumi" daripada "kembaran Bumi".
Selain itu, para ilmuwan juga mengetahui bahwa Kepler-186f adalah planet yang lebih gelap dari Bumi. Pada siang hari, kecerahannya diyakini sama dengan tingkat cahaya kita sekitar satu jam sebelum matahari terbenam.
Namun karena mereka tidak mengetahui apakah Kepler-186f memiliki atmosfer atau komposisinya, para peneliti tidak dapat menentukan seperti apa Matahari terbit dan terbenam di sana.
Perlu Banyak Eksplorasi dan Analisis Lebih LanjutMeski belum ada bukti kehidupan di Kepler, Profesor fisika MIT, Sara Seager, dan timnya, terus mencari kemungkinan kombinasi kimia yang dapat menandakan keberadaan kehidupan asing di planet luar tata surya.
Mereka yang ahli di bidang biokimia akan berfokus pada enam unsur utama yang terkait dengan kehidupan di Bumi yakni karbon, nitrogen, oksigen, fosfor, belerang, dan hidrogen.
"Kita akan memiliki begitu sedikit planet, kita harus beruntung. Saya tidak ingin melewatkan apa pun," ungkapnya dalam situs NASA, dikutip Selasa (29/10/2024).
Baca juga: Ini yang Terjadi Jika Planet Tidak Punya Siklus Siang dan Malam Video Kepulangan Astronaut Crew-8 NASA ke Bumi